Eksposisiborneo.com, Kubar: Nugal adalah tradisi masyarakat Dayak, termasuk Warga Kutai Barat (Kubar), Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
Tradisi tanam padi ini merupakan warisan turun temurun dari leluhur yang saat ini masih di pertahankan, salah satu nya oleh Ponsius Wang dan keluarga di Warga Kampung Tutung Kabupaten Kutai Barat.
“Karena lahan sendiri dari pada tidak manfaatkan, lebih baik untuk di bikin ladang, tanam padi dan tanaman lainnya,” kata Ponsius Wang, Sabtu (21/10/2023)
Wang menjelaskan, mulai berladang sejak tahun 2022 silam, dengan lahan luas lahan yang di tanami padi gunung sekitar 50×100 meter persegi atau berkisar setengah hektare.
“Penanaman padi gunung ini mengikuti musim atau satu kali satu tahun, mulai awal bulan Oktober dan akhir November. Jika lewat dari dua bulan ini, menurut kata orang tau dulu hama bisa datang banyak, bahkan sampai gagal panen,” terang nya.
Di tahun ini, lanjut Wang, dia bersama keluarga Sekarang menanam empat jenis benih padi yakni benih padi Tokong, benih padi Kalunt, benih padi Gompar, serta benih padi Merah ukuran besar dan kecil.
Urusan membuka lahan di Kampung Tutung tambah Wang, kurang lebih sama seperti yang lain pada umumnya. Mulai dari Menebas, menebang, dan membakar.
“Cumq di sini sedikit terhambat karena lahannya bergambut dan itu pun gambut nya lumayan tebal, kalau di ukur ada yang tebalnya hampir Tiga puluh hingga Empat Puluh centimeter. Jadi agak sulit juga untuk tebar bibit padi saat nugal begini,” terang nya.
Di sisi lain hama padi yang menjadi tantangan menurut Wang adalah, Walang Sangit. Namun demikian, hal itu bukan hambatan bagi Wang dan keluarga nya untuk terus bercocok tanam, baik menanam padi atau pun tanaman lain, di lahan yang mereka miliki. (HH)