Eksposisiborneo.com, Kubar: Hadirnya perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit di Kecamatan Bentian Besar, Kabupaten Kutai Barat (Kubar) mengubah kehidupan warga setempat, salah satunya warga di Kampung Suakong.
Bukan memberikan dampak positif bagi mereka, malah sebaliknya, memperburuk keadaan.
Bahkan sekarang mereka mulai resah karena menduga adanya pencemaran lingkungan, yang bersumber dari salah satu Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di wilayah Kampung Jelemuq Sibaq atau Kampung Tetangga Suakong.
“Kemungkinan itu Pabrik Sawit PT Borneo Citra Persada Jaya (BCPJ), karena kami sudah cek langsung ke lokasi untuk cari sumbernya,” kata Petinggi Kampung Suakong, Nil John, Minggu (12/5/2024).
“Jadi dari pabrik itu ada limbah yang mengalir ke Sungai Dasen di Kampung Jelemuq Sibaq. Sungai Dasen ini kan anak Sungai Lawa, otomatis ngalirnya ke Lawa. Kalau di Jelemuq Sibaq nya, gak ada masalah karena kampungnya di ulu, yang kena dampak nya kami di Kampung Suakong yang di ilir ini,” terangnya.
Limbah dari Pabrik Kelapa Sawit PT BCPJ yang diduga telah mencemari Sungai Lawa, membuat resah karena merupakan sumber penghidupan bagi warga Kampung Suakong. Awal mula kejadiannya diketahui, pada januari 2023 lalu.
“Kami resah, karena air ini kan sumber bagi kami. Sungai ini tempat kami mandi, rekreasi, cari ikan, buat masak juga, pokok nya segala macam lah. Dulu itu, sungai Lawa ini segalanya bagi kami. Tapi sekarang, kata orang itu, ngeri-ngeri sedap kita,” ucapnya.
Dugaan Pencemaran Sudah Berulang Kali Terjadi
Bukan hanya sekali dua kali. Kejadian serupa beberapa kali terulang di tahun 2023. Parahnya, saat limbah mengalir, air yang sebelumnya bersih berubah warna menjadi kehitaman dan banyak hewan air seperti Ikan, Udang, Kepiting, hingga Siput yang mati.
“Kalau ini terus terjadi, kami khawatir ekosistem di sungai lawa, terutama ikan dan sejenisnya bisa punah. Khawatir juga, air ini tidak bisa kami gunakan lagi, sementara sekarang masih banyak warga yang mandi dan memanfaatkan sungai lawa untuk masak,” tandas Nil John.
Tidak berhenti di tahun 2023, dugaan pencemaran ini kembali terjadi pada Kamis (9/5/2024). Bahkan kali ini dinilai sangat parah, sampai mengeluarkan aroma yang tidak sedap (busuk), tercium sampai ke rumah warga yang ada di bantaran sungai lawa.
“Kita tidak tahu apakah ada yang jebol atau meluap, karena kejadian kayak gini biasanya pas lagi hujan. Nah kemarin itu sangat bau, seperti bau “bangkai”. Terus banyak ikan yang timbul, gitu juga segala Siput, Kepiting sampai udang bermunculan semua ke permukaan karena mau mati,” kata Bernath Frengky, salah satu Warga Suakong.
Tahun Ini Kejadian yang Paling Parah
Bahkan menurut warga Suakong yang tinggal dibantaran sungai Lawa tersebut, kejadian kali ini paling parah, sampai di rasakan juga oleh warga Kampung Dilang Puti, kampung yang juga berdekatan dengan Kampung Suakong.
“Ini parah, kalau sebelum-sebelumnya hanya kami di Suakong aja yang merasakan, tapi yang kali ini, warga di Dilang Puti menyampaikan kalau mereka juga merasakan hal yang sama” lanjut Frengky.
Dengan kondisi yang sudah berulang kali terjadi, tentu warga merasa tak nyaman. Mau tidak mau menggunakan sungai lawa untuk kebutuhan konsumsi.
“Sampai sekarang memang kita masih manfaatkan sungai lawa ini untuk kebutuhan konsumsi. Cuman sekarang, dengan kondisi yang sering kayak gini ya kami takut-takut juga,” kata Abiyel warga Suakong lainnya.
Abiyel menjelaskan, kejadian seperti ini bisa memakan waktu satu minggu sampai kondisi sungai bisa dikatakan normal kembali. Hal itu lah yang menyebabkan warga kesulitan karena belum ada air bersih di Suakong.
“Tergantung dari keadaan airnya, kalau air nya kecil mungkin bisa sampai seminggu. Tapi kalau airnya besar, ya mungkin empat sampai lima hari baru bisa normal,” jelasnya.
Sebab itu Ia berharap masalah ini segera menjadi Perhatian Pemerintah, mulai dari Kampung hingga Kabupaten agar tidak berulang terus-menerus.
BACA JUGA:
- Limbah Sawit Diduga Jadi Penyebab Sungai Lawa di Kubar Bau Busuk
- PT BCPJ Bantah Isu Dugaan Pencemaran Sungai Lawa
Untuk diketahui, dua tiga hari pasca kejadian, banyak ikan dan hewan air di sungai lawa yang mati dan membusuk di pinggiran sungai. Kondisi itu jelas membuat warga kesulitan mendapat air bersih karena bergantung dengan sungai Lawa. (EB)